Rabu, 06 Juni 2012

Askep fraktur ( Lp Fraktur / patah tulang )


FRAKTUR


A.      Konsep Dasar.
1.           Pengertian
a.       Fraktur adalah pemisahan / terputusnya / hilangnya kontiunitas dari pada struktur tulang.
b.      ORIF adalah metode penatalaksanaan patah tulang dengan cara pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur, fraktur diperiksa dan diteliti, Hematoma fraktur dan fragmen – fragmen yang telah mati diiringi dari luka. Fraktur direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali, sesudah reduksi, fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat – alat ortopedi berupa pin, pelat, srew, paku.

2.           Anatomi fisiologis
Tibia adalah tulang kaki yang lebih rendah, lebih besar yang membantu menyokong berat badan. Fibula adalah tulang yang lebih kurus tau lebih kecil membantu mengontrol pergerakan dari pergelangan kaki.Tibia dan Fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah paha yang membentuk persendian lutut dengan femur. Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut os. Maleolus lateralis atau mata kaki luar. Tibia lebih kecil, pada bagian pangkal melekat pada fibula. Pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os. Maleolus medialis.  Humerus (tulang pangkal lengan) berupa tulang panjang seperti tongkat, bagian yang mempunyai hubungan dengan bahu, bentuknya bundar membentuk kepala sendi yang disebut caput humeri. Pada caput humeri ini terdapat tonjolan yang disebut tuberkel mayor minor, disebelah bawah caput humeri terdapat lekukan yang disebut columna humeri.

3.           Penyebab Patah Tulang
Penyebab patah tulang dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
a.        Kekerasan Langsung.
Kekerasan secara langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bamper moil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadi benturan tersebut.

b.      Kekerasan tidak langsung.

Kekerasan tidak langsung menyebabkan tulang patah di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kecelakaan atau kekerasan, dan biasanya yang patah adalah bagian yang lemah dalam jalur hantaman vektor kekerasan, contoh  apabila seseorang jatuh dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih dahulu, maka yang patah selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia, fibula, femur dan kemungkinan juga patah tulang verfebra.

c.       Kekerasan Akibat Tarikan Otot

Patah tulang oleh karena tarikan otot jarang terjadi, contoh pada patah tulang ini adalah fraktur pahela dikarenakan otot lecep dan otot tricep berkontraksi secara mendadak.

4.           Sedangkan faktor yang mempegaruhi terjadinya patah tulang, yaitu :
a.       Faktor ekstrinsik adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang serta tergantung dari besarnya, waktu atau lamanya dan arah gaya tersebut  dapat menyebabkan patah tulang.
b.      Faktor instrensik adalah beberapa sifat penting dari tulang yang menentukan daya tahan timbulnya fraktur, yaitu kapasitas absorbsi dari sendi, daya elastisitas, daya terhadap kelelahan dan aktivitas atau kepadatan.
5.        Patofisiologi
Adanya daya atau tekanan pada tulang menyebabkan terjadinya fraktur. Adanya fraktur dapat merusak jaringan lunak, pembuluh darah, serabut saraf dan sum-sum tulang, periotium dan kortek tulang. Pada kerusakkan jaringan lunak dapat terjadi luka, menyebabkan port de entry yang akan terjadi infeksi dan non infeksi, pada infeksi bisa terjadi delayed union dan malunion, pada non infeksi terjadi union. Pada kerusakan pembuluh darah dapat terjadi perdarahan dan akan mengakibatkan hematoma dan hipovolemik. Pada hematoma terjadi vasodilatasi eksudasi plasma migrasi leukosit yang akan menyebabkan inflamasi, bengkak, terjadi penekanan saraf dan timbul nyeri. Pada hipovolemik dapat terjadi hipotensi akan menyebabkan suplai darah ke otak menurun, kesadaran menurun dan dapat terjadi syok hipovolemik. Pada kerusakan serabut saraf dan sum-sum tulang dapat menyebabkan hilangnya sensasi dan terjadi anesthesia, dapat juga merusak reseptor nyeri dan terjadi nyeri. Pada kerusakkan periostium dan kortek tulang dapat terjadi deformitas, krepitasi dan pemendekan extremitas.
6.           Klasifikasi Fraktur
a.             Incomplet adalah fraktur hanya melibatkan bagian petunjuk menyilang tulang, salah satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkak (greenstick).
b.             Complet adalah fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.
c.             Tertutup (simple) adalah fraktur titik meluas melewati kulit.

7.   Proses Penyembuhan Tulang

            Tahap-tahap Penyembuhan Tulang
a.       Tahap Pembentukan
Dalam 24 jam mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur, setelah 24 jam terbentuk karena suplai darah meningkat, berkembang menjadi Grawlasi
b.       Tahap Prolifelasi Seluler sampai hari XII
Pada area Fraktur, menyuplai sel yang sudah berubah menjadi Fibri dan jaringan penunjang Fisura.
c.       Tahap pra kallus 6-10 hari setelah cedera granulasi berubah menjadi pra kallus, ukuran maksimal 14-21 hari.
d.      Tahap osifikasi kalkus sampai minggu ke XII
Membentuk Osifikasi kallus external minggu 3-10 kalus menyerupai tulang.
e.       Tahap Konsulidasi 6-8 bulan dan remodeling 6-12 bulan
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklas kallus mengalami pembentukan tulang sesuai dengan aslinya.
8.       Prinsip Penanganan Fraktur
Ada empat dasar yang harus di pertimbangkan pada waktu menangani fraktur :
Rekognisi menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kejadian kecelakaan  dan kemudian di rumah sakit. Reduksi adalah reposisi fragmen - fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Retensi menyatukan metode - metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen - fragmen  tersebut selama penyembuhan. Rencana rehabilitasi harus segera dimulai dan dilaksanakan bersama dengan pengobatan fraktur.

9.       Dampak Masalah.
Bila salah satu anggota tubuh mengalami gangguan yang mengakibatkan cedera, maka tubuh akan memberikan reaksi baik fisik maupun psikologis sebagai mekanisme  pertahanan tubuh, disamping itu juga akan memberikan pengaruh atau dampak terhadap kebutuhan penderita sebagai makluk hidup yang holistik dan juga akan berpegaruh terhadap keluarga klien.

a.       Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Bahwa biasanya klien multipel fraktur mempunyai harapan dan alasan masuk Rumah Sakit, Adapun alasannya ingin segera sembuh dari penyakitnya dan harapan tersebut adalah tidak ingin terjadi kecacatan pada dirinya kelak di kemudian hari.
b.           Pola Nutrisi dan Metabolis
Pola nutrisi dan metabolik pada klain multipel fraktur jarang mengalami gangguan kecuali apabila terdapat trauma pada abdomen atau komplikasi lain yang dapat menyebabkan klien antreksia.
c.            Pola aktifitas dan Latihan
Pada klien multipel fraktur setelah dilakukan orif akan mempengaruhi gerak dan pola. Aktivitasnya, oleh itu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari, klien akan di bantu oleh perawat atau keluarganya dan suami mungkin untuk dilakukan latihan rontag gerak baik positif / aktif.
d.           Pola Tidur dan istirahat
Terganggunya pola tidur dan kebutuhan istirahat pada klien post orif dengan multipel fraktur biasanya di sebabkan olah raga nyeri dan daerah operasi juga di sebabkan adanya plat dan screw.

e.            Pola Perseptual dan Kognitif
Klien biasanya kurang memahami tentang proses penyembuhan luka dan pembentukan kalis atau penyambungan tulang kembali yang memerlukan proses dan waktu sehingga dalam tahap – tahap perawatan perlu kata penata laksanaan yang kompraktif.

f.            Pola Elimasi Defekasi dan Iniksi
Klian kadang – kadang masih dalam perawatan dirumah sakit membatasi makan dan minum, hal ini dikarenakan adanya immabilisasi pasca operasi orif yang mengharuskan pasien tidak mempergunakan kakinya yang cedera untuk aktifitas sehingga klien kurang beraktifitas dan dapat mengakibatkan konstipasi (sembelit).

g.           Pola Seksual dan Repraduksi
Klien post operasi orif dengan multipel fraktur jelas akan mempengaruhi pola kebutuhan seksualitas, disamping klien harus menjaga agar daerah operasinya seminimal mungkin mendapat beban dan rasa nyeri yang tidak memungkinkan klien untuk melakukan aktifitas seksualnya.

h.           Pola Hubungan Peran
Pola hubungan peran berpengaruh sekali terutama sekali apabila klien seorang kepala rumah tangga yang merupakan satu – satunya orang yang mencari nafkah bagi keluarganya.

i.             Dampak Psikologis
Dampak psikologis yang di timbulkan adalah rasa khawatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi kelak dikemudian hari sehingga memungkinkan tidak mampu beraktifitas seperti biasa.
j.                       Imobilisasi
Untuk memungkinkan kesemubuhan fregmen yang dipersatukan.
1.             Fiksisasi Eksterns, tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar multipel fraktur di imabilisasi dengan menggunakan bidai atau gif.
2.             Fiksasi interns, cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang  disatukan dan di fiksasi pada operasi, misalnya dengan pen, plat dan screw, wire.

k.                     Fisioterapi dan Mobilisasi.
Sejak awal harus dilakukan latihan tentang gerak untuk mempraktekkan otot yang dapat mengecil secara cepat jika tidak dipergunakan, estitasi fraktur cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai Entruntas gatal – gatal telah kembali normal.

10.         Komplikasi Fraktur
Shok, infeksi, nekrosis vaskuler, cedera vaskuler dan saraf, malunion, nonunion, delayed union,iskemik.

B.          Asuhan Keperawatan

1.           Pengkajian
a.            Pengumpulan data
1).        Anamnese
a)           Indentitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.
b)           Keluhan Utama Klien.
Pada aamnese ini yang perlu dikaji adalah apa yang diperlukan pada saat itu seperti nyeri, bengkak, kelainan bentuk, hilangnya fungsi dan krepitasi serta pada daerah mana fraktur terjadi.
c)           Riwayat Penyakit Sekarang.
Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya terutama apakah dikarenakan kecelakaan, terjatuh atau terjadi benturan langsung dengan vektor kekerasan dan sifat pertolongan yang pernah diberikan.
d)          Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan meliputi riwayat yang berhubungan dengan trauma pada tulang, apakah klain mempunyai penyakit tulang seperti osteomylitis, ostroporasis dan apakah klien pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya.
2).         Pemeriksaan Fisik
a)           Keadaan Umum Klien
Klien multiple fraktur dengan post orif biasanya terbaring total dengan seminimal mungkin melaksanakan aktifitas gerak ini disebabkan karena adanya imabilisasi dan rasa nyeri akibat tindakan perbedaan, sehingga klien takut untuk bergerak, keadaan umum klien biasanya baik tetapi dapat menimbulkan dampak seperti gangguan eliminasi inikasi dan defikasi, integritas kulit dan gangguan aktifitas lain yang menunjang kehidupan sehari – hari.
b)          Gejala klinis Patah Tulang
Gejala klinis dari Patah Tulang dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

(1)  Tanda – tanda pasti
(a).        Gerakan abnormal pada tempat terjadinya patah tulang menjadi sendi palsu sehingga terjadi gerakan yang abnormal.
(b).        Krepitasi, yaitu di karenakan gesekan kedua ujung fragmen tulang yag patah sehingga terasa bunyi gemeretak ketika ujung tulang yang patah bergesekan.
(c).        Kalainan bentuk (deformitas), dikarenakan adanya kerusakan pada jaringan disekitar fraktur mengakibatkan pendarahan dan pembengkakan.

(2)  Tanda – tanda tidak pasti
(a).  Rasa nyeri, bengkak dan berubah warna (membiru) dikarenakan terjadi pendarahan di sekitar bagian fraktur, rasa nyeri hebat terutama apabila dilakukan pergerakan atau aktifitas.
(b).  Kelainan bentuk (deformitas), hal ini disebabkan oleh karena adanya perdarahan dan pembengkakan.
(c).  Hilangnya fungsi (fungtiolaesa), disebabkan oleh rasa nyeri serta terpotongnya kontinuitas jaringan tulang sehingga tidak mampu melakukan pergerakan.

c)             Pemeriksaan penunjang atau tambahan.
                            Pemeriksaan Laboratorium
(1).        Pemeriksaan labortorium darah lengkap seperti hemoglobin, trombosit, leukosit, glukosa sewaktu.
(2).        Pemeriksaan faal hemostasis meliputi waktu pendarahan, waktu pembekuan.
(3).        Pemeriksaan kimia klinik rutin yaitu, sikap darah puasa, sgot, sgpt.

(4).      Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Radiologi di gunakan untuk menguatkan diagnosa patah tulang yang dapat mengambarkan kerusakan tulang, ketidak lurusan tulang dan kesalahan bentuk dari tulang itu sendiri.

b.       Analisa Data
Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisis sebagai berikut, untuk pengelompokkan data dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data subyektif dan data obyektif.
Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan, klien sendiri atau keluarga dan data obyektif yaitu data yang didapat dari suatu pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan.
Data tersebut dikumpulkan berdasarkan perannya untuk menunjang suatu masalah, dimana masalah berfokus pada klien dan respon klien.

c.       Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data kemudian dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien post operasi orif dengan multipel fraktur antara lain:

1).           Nyeri berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak
2).           Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan immobilisasi.
3).           Kerusakan integritas  kulit / jaringan berhubungan dengan orif pemasangan plat  dan srew.
4).           Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
5).           Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan / krisis.
6).           Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan perencanaan di rumah.

d.      Perencanaan
Pada prinsipnya dalam penanganan atau pengobatan pada klien multiple fraktur ada empat tahap, adapun tujuan pemasangan plat dan screw yaitu mempertahankan reduksi extremitas yang mengalami fraktur tulang yang patah (immobilisasi), memudahkan perawatan (rehabilitasi) dalam masa perawatan (rehabilitasi) terjadi proses penyambungan tulang yang terdiri dari beberapa proses yaitu granulasi pembentukan kalus dan remodeling sehingga terbentuklah tulang seperti semula, adapun tahap perencanaan meliputi penentuan tujuan dan kreteria hasil, merumuskan rencana tindakan.

Diagnosa Keperawatan nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak (interpretasi operasi).
Tujuan : Mengatakan nyeri hilang
Kriteria hasil : klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang, klien tidak gelisah, klien menunjukan tindakan santai, mampu beradaptasi dengan aktifitas / tidak / istirahat.
Rencana tindakan :
1.  Kaji  lokasi,  tipe  dan  intensitas nyeri  dengan   menggunakan  skala (1 – 10).
2.   Ukur Tanda  - tanda vital
3.   Jelaskan penyebab nyeri
4.  Anjurkan mempergunakan teknik alternatif penghilang nyeri dengan napas dalam.

Diagnosa Keperawatan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan immobilisasi.
      Tujuan : Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat yang paling tinggi yang mungkin.
      Krateria Hasil : mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan / fungsi  yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukan teknik yang merupakan melakukan aktivitas.
      Rencana aktivitas :
1)      Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oleh pengobatan dan perkalian persepsi pasien terhadap immobilisasi.
2)      Instruksikan pasien untuk melakukan latihan rom pasif dan aktif pada extremitas yang sakit dan tidak sakit sesuai toleransi.
3)      Bantu klien dalam perawatan diri kebersihan.
4)      Ubah posisi periodik dan dorong untuk latihan napas dalam
5)      Auskultasi bising usus, awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan defekasi rutin.
6)      Kolaborasi dengan rehabilitsi dalam terapi fisik/okupasi.

Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan bedah perbaikan (orif) pemasangan plat dan screw.
Tujuan : menyatakan ketidak nyamanan hilang
Kreteria hasil : menunjukan prilaku /  unig untuk mencegah kerusakan kulit / memudahkan menyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Rencana Tindakan :
1).    Kaji keadaan kulit, kemerahan, pendarahan, perubahan warna dan rasa nyeri.
2).    Ubah posisi sesering mungkin
3).    Rawat luka operasi secara aseptik
4).    Observasi untuk potensial ares yang tertahan, khususnya pad akhir dan bawah babatan.

Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kreteria hasil : mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan udema.
Rencana Tindakan :
1).    Inspeksi kulit adanya tanda – tanda infeksi
2).    Ukur tanda – tanda vital
3).    Rawat luka secara aseptik
4).    Kolaborasi dalam pemeriksaan Lab. dan memberikan antibiotik

Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan/krisis situasi.
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
Kriteria hasil : mengungkapkan perasaan lebih santai, memperagakan teknik reaksasi dengan tepat.
Rencana Tindakan :
1).    Pantau tingkat ansietas klien
2).    Berikan penekanan penjelasan dokter mengenai pengobatan dan tujuan, klarifikasi kesalahan konsep.
3).    Berikan dan luangkan waktu untuk mengungkapkan perasaan.
4).    Ajarkan dan bantu dalam teknik pelaksanaan stress.
5).    Berikan dorongan untuk berinteraksi dengan orang terdekat dengan teman serta saudara.
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
Tujuan : Kurang pengetahuan dapat teratasi
Krateria hasil : Mengungkapkan pengertian tentang prognosis, pengobatan dan program rehabilitasi, mengeksperikan tentang gejala, potensial komplikasi.
Rencana tindakan :
a.       Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
b.      Tekankan pentingnya rencana rehabilitasi aktifitas, istirahat dan latihan.
c.       Diskusikan tanda dan gejala untuk dilaporkan pada dokter: nyeri hebat, perubahan suhu tubuh.
d.      Jelaskan tentang plat dan screw sesuai indikasi.
e.       Berikan dorongan untuk melalukan kunjungan tidak lanjut pada dokter

e.              Pelaksanaan
Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan oleh perawat dan klien. Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik, dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (Gaffar, 1999).
Pelaksanaan adalah implementasi atau penerapan tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Pada tahap ini ada beberapa yang perlu dikerjakan, antara lain :
1).        Melaksanakan/menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang ada dalam rencana.
2).        Mengisi format asuhan keperawatan.

f.              Evaluasi
Fase akhir dari proses keerawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar