Rabu, 06 Juni 2012

diabetes melitus


DIABETES MELITUS


A.    Konsep dasar
1.   Pengertian
        Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, di sertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron ( Mansjoer Arif dkk, 1999 ).  Diabetes Melitus adalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat) yang disebabkan oleh defisiensi insulin (Doenges M. E, 2000).Menurut WHO, Diabetes Melitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.Sedangkan menurut Prince, A. S, 1999 : Diabets Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara klinis dan genetik termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau herediter, yang menyebabkan gangguan metabolik berupa defisiensi insulin akibat gangguan hormonal sehingga menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti pada: mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
2.  Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Diabetes Melitus terdiri atas :
a.       Insulin  Dependent Diabetes Melitus (IDDM) termasuk dalam tipe satu di mana insulin tidak lagi diproduksi pankreas.
b.      Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) termasuk dalam tipe dua dimana pankreas masih dapat memproduksi insulin.
c.       Gestational Diabetes Melitus pada golongan ini hanya terjadi pada ibu hamil.
d.      Gangguan toleransi glukosa.
e.       Malnutrisi Related Diabetes Melitus.


3.  Anatomi dan Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan , strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kurang lebih 15 cm, mulai dari duodenum sampai limpa, terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang retroperitonial dan terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a.  Kepala pankreas, yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ tersebut dan letaknya dibelakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas, adalah bagian yang runcing disebelah kiri dan menyentuh limpa.
     Jaringan pankreas terdiri atas lobula daripada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran ini mulai dari persambungan saluran kecil dari lobula yang terletak didalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran kecil itu menerima saluran dari lobula lain dan kemudian bersatu.
     Pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrine dan endokrine. Dimana eksokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk cairan getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit untuk pencernaan sebanyak 1500 sampai 2500 ml sehari dengan pH 8 sampai 8,3. Cairan ini dikeluarkan akibat rangsangan dari hormon sekretin dan pankreoenzimin. Sedangkan endokrine terdapat di alveoli pankreas berupa massa pulau kecil yang tersebar diseluruh pangkreas dan disebut Pulau Lengerhans . Setiap pulau berdiameter 75 sampai 150 mikron yang terdiri sel Beta 75 %, sel Alfa 20 %, sel Delta 5 % dan beberapa sel C. Sel Alfa menghasilkan glukagon dan sel Beta merupakan sumber insulin sedangkan sel delta mengeluarkan somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas.
4.      Etiologi
       Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses  autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan  resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh sel hati. Sel  beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer. A  dkk, 1999).
5.  Patofisiologi
       Keadaan tubuh yang sehat makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin serta air dalam saluran cerna dipecah menjadi polisakarida, glukosa menjadi monosakarida, mengalir dalam pembuluh darah vena porta sehingga terjadi rangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin. Monosakarida disimpan diotot dan hati sebagai dalam glikogen, sisanya beredar dalam pembuluh darah dan dikontrol oleh insulin.
Jika glukosa berkurang maka terjadi pemecahan glikogen yang disebabkan oleh reaksi glikogenolisis. Sedangkan bila kadar glukosa berlebihan maka disimpan dalam bentuk glikogen, reaksi ini disebut glikogenesis.
Pada penderita Diabetes Melitus terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan di liver melalui glikogenolisis dan glikoneogenesis serta oleh tidak adekuatnya penggunaan glukosa oleh otot-otot skeletal, jaringan adiposa dan hati. Trigliserida ditransformasi dari sel-sel menuju kehati dirubah menjadi keton yang digunakan oleh otot.
       Pada IDDM sekresi insulin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali, sedangkan pada NIDDM terdapat ketidak sesuaian Glukosa Sinsing Mekanism oleh sel beta pankreas. Demikian pula pada obesitas, ada penurunan jumlah reseptor insulin pada membran sel otot dan sel lemak. Pada obesitas di ekskresikan sejumlah besar insulin, tapi tidak efektif penggunaannya karena berkurangnya jumlah reseptor insulin. Saat glukosa  darah meningkat  tubulus renal tak mampu mereabsorsi seluruh glukosa saat glumerolus filtrasi sehingga tidak terjadi glukosuria. Glukosa darah yang tinggi menyebabkan osmotik diuresis karena gula bersifat mengikat air. Air, sodium, clorida, photasium dan phospat menjadi hilang keluar bersama urin, sehingga klien menjadi haus. Bila insulin defisiensi atau tidak ada, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel dan menyebabkan sel dalam keadaan lapar, tetapi di pihak lain glukosa meningkat dalam tubuh. Jika sel tidak dapat memakai glukosa sebagai bahan bakar,maka alternatif yang digunakan yaitu dengan memecah asam lemak, keton bodies dalam jumlah terbatas. Keton bodies ini berhasil digunakan oleh sel sebagai energi

6.      Manifestasi klinis
       Tanda dan gejala yang biasa terjadi pada Diabetes Melitus adalah dengan adanya gejala khas berupa klien banyak makan (polifagia), banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), paralysis, parastesisa. Kadar glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan klien banyak mengeluarkan urin  (poliuria), tubuh akan memerlukan lebih banyak air untuk mengimbangi jumlah besar cairan yang keluar sebagai urine, oleh karena itu klien merasa haus. Tanda-tanda lain  badan terasa lemas dan berat badan menurun, gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh klien Diabetes Melitus adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.

7.      Pemeriksaan penunjang
         Pemeriksaan penyaringan perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk Diabetes Mellitus, yaitu kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun), obesitas, hipertensi, riwayat keluarga diabetes mellitus, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir > 4.000 gr, riwayat Diabetes Melitus pada kehamilan dan dislipidemia.
         Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa sewaktu, kadar gula darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk pemeriksaan penyaringan ulangan tiap tahun bagi pasien berusia > 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan tiap tiga tahun
8.      Komplikasi
       Berbagai komplikasi dapat terjadi pada klien dengan Diabetes Melitus:
a.    Akut : Koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma hiperosmolar nonketotik.
b.   Kronik : Makroangiopati, Mikroangiopati,  Neuropati, Nefropati, Retinopati, kaki diebetik.
9.      Penatalaksanaan
       Penatalaksanaan Diabetes Melitus dalam jangka pendek bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau gejala Diabetes Melitus. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa darah, lipid, dan insulin. Lebih penting pula mengajarkan agar pasien mampu mandiri dan hidup normal dengan Diabetes Melitusnya.
a.    Terapi diet, klien Diabetes Melitus dianjurkan dengan diet tinggi serat dengan prinsip jumlah kalori yang tepat, gula dan produk gula dilarang, diit sesuai pola hidup, tinggi serat, cukup vitamin dan mineral.
b.   Terapi latihan, dianjurkan latihan jasmani teratur, 3 – 4 kali setiap minggu selama setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Hal yang perlu diperhatikan  jangan memulai olah raga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, selalu didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai penderita Diabetes Melitus, selalu memeriksa kaki  secara cermat setelah olah raga.
c.    Terapi insulin, diberikan sebagai bantuan bila klien telah melakukan pengaturan makan dan olah raga tetapi belum berhasil.
10 Manajemen Diet
a.    Diet berisi kalori, protein dan vitamin serta mineral yang adekuat 30 kal/kgBB.
b.  Dapat ditambah 35-40 kal/kgBB untuk aktifitas yang meningkat.
c.  Dapat    dikurangi    15 – 25    kal/kg  BB   untuk pasien gemuk / kurang
    beraktifitas.
d.  Tinggi serat.
B.     Asuhan Keperawatan .
       Proses keperawatan merupakan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau merawat pasien ke tarap yang optimal melalui mutu pendekatan yang sistemaits untuk mengenal masalah dan membantu pasien dalam mengatasi masalahnya.
            Dalam proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu :
  1. Pengkajian
  2. Diagnosa keperawatan
  3. Perencanaan
  4. Pelaksanaan/Implementasi
  5. Evaluasi
Di dalam melaksanakan proses keperawatan, perawat harus mempunyai keterampilan khusus agar didapatkan suatu keperawatan yang sempurna, yaitu
  1. Keterampilan intelektual
  2. Keterampilan tekhnik
  3. Keterampilan interpersonal

Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Melitus

1.   Pengkajian
Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
Menurut Marilyn. E. Doenges (2000), data dasar pengkajian pasien dengan Diabetes Melitus, yang perlu dikaji adalah :
a.   Aktifitas/Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, keram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktifitas, letargi atau disorieantasi, koma.
b. Sirkulasi
     Gejala :  Adanya riwayat hipertensi, infark miokar akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda :  Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun atau tak ada, disritmia, krekels, kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
     Gejala : Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
     Tanda   :  Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
     Gejala   :  Perubahan pola berkemih ( poliuria ), nokturia. Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih ( infeksi ), ISK baru / berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
     Tanda   : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi oliguri/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut, bau busuk  infeksi ), abdomen keras, adanya ansietas, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ).
e. Makanan / cairan
         Gejala : Hilang napsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ).     
Tanda            : Kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah ), bau halitosis/manis, bau buah ( napas aseton ).
f.  Neurosensori
     Gejala :  Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
     Tanda   : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor / koma ( tahap lanjut ), gangguan memori , reflek tendon menurun, kejang.
g.  Nyeri / keamanan
     Gejala   :  Abdomen yang tegang / nyeri ( sedang/berat ).
     Tanda   :  Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
h.  Pernapasan
     Gejala   :  Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( tergantung adanya infeksi/tidak ).
     Tanda   : Lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( infeksi ), frekuensi pernapasan.
i.  Keamanan
     Gejala   :  Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
     Tanda   :  Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parestesia / paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan  ( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ).
j.  Seksualitas
     Gejala   :  Rabas vagina ( cendrung infeksi ), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
k.  Penyuluhan / pembelajaran
     Gejala : Faktor resiko keluarga, DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti steroid,  diuretik /tiazid , dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
     Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama di  rawat 5 sampai 9 hari.
     Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
  1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dibuat setelah data-data terkumpul dan di analisis.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien Diabetes Melitus, adalah :
a.       Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
c.       Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penururnan fungsi leukosit, perubahan dari sirkulasi,
d.      Perubahan sensori-perseptual (uraikan) berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau elektrolit.
e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolik       insufisiensi insulin.
f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan orang lain.
g.      Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber infomasi.
  1. Perencanaan
Adapun perencanaan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul, adalah : 
a.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
Hasil yang diharapkan : Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba turgor kulit dan pengisisan baik, haluaran urin tepat secara individu, kadar elektrolit dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1)      Pantau tanda-tanda vital dan catat adanya perubahan TD.
2)      Pantau pola pernafasan seperti adanya pernafasan kussmaul atau pernafasan berbau keton.
3)      Pantau frekuensi pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya sianosis.
4)      Pantau suhu, warna kulit dan kelembaban
5)      Ukur berat badan tiap hari.
6)      Observasi nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
7)      Pertahankan pemberian cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
8)      Beri lingkungan nyaman.
9)      Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai dengan indikasi
Rasionalisasi :
1)      Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat ringan hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik klien turun lebih dari 10 mmhg dari posisi baring keposisi duduk/berdiri.
2)      Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap ketoasidosis, pernapasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
3)      Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan mendekati normal, tetapi peningkatan kerja pernapasan dangkal, cepat serta muncul sianosis.
4)      Demam, menggigil dan diaforesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
5)      Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
6)      Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
7)      Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
8)      Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut akan dapat menimbulkan kehilangan cairan.
9)      Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons secara individual.
b.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan ketidakcukupan insulin, anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
Hasil yang diharapkan : Mencerna jumlah kalori yang tepat, menujukkan tingkat energi yang biasanya, berat badan stabil.
Rencana tindakan :
1)   Timbang berat badan sesuai dengan indikasi.
2)   Tentukan program diet dan  pola makan pasien.
3)   Auskultasi bising usus,catat adanya nyeri abdomen  kembung, mual,pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
4)   Beri makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolit identifiasi makanan yang disukai.
5)   Observassi tanda-tanda hipoglikimia.
6)   Kolaborasi dalam pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.
7)   Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah. 
Rasionalisasi :
1) Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat termasuk absorbsi dan          utilisasinya.
2)  Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapiutik.
3) Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi    gastrointestinal baik.
5)  Metabolisme karbohidrat mulai terjadi dan gula darah akan  berkurang dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika klien dalam keadaan koma hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran, secara potensial dapat mengancam kehidupan yang harus dikaji dan ditangani secara cepat melalui tindakan protokol yang direncanakan.
6)  Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dari pada memantau gula darah dalam urine yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan dapat dipengaruhi oleh ambang ginjal klien secara individual atau adanya retensi urine/gagal ginjal.
7)      Gula darah akan menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa kemudian dapat masuk kedalam sel dan digunakan untuk sumber kalori, hal ini terjadi sehingga kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
c.  Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penururnan fungsi leukosit, perubahan dari sirkulasi.
  Hasil yang diharapkan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan risiko, mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Rencana tindakan :
1)   Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya pes pada luka, sputum purulen, urin warna keruh atau berkabut.
2)   Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan  pasien
3)   Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif berikan perawatan kulit dengan teratur dan jaga kulit agar tetap kering.
4)   Pasang kateter dan lakukan perawatan perineal dengan baik.
5)   Berikan posisi semifowler
6)   Anjurkan untuk makan dan minum adekuat
7)   Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik yang sesuai.
Rasionalisasi :
1)   Klien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial.
2)   Mencegah timbulnya infeksi silang.
3)   Kadar   glukosa   yang   tinggi   dalam   darah  akan menjadi media
      terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Mengurangi resiko terjadinya ISK, klien koma mungkin memiliki resiko yang khusus jika terjadi retensi urine pada saat awal dirawat.
5)  Memberikan     kemudahan     bagi    paru    untuk     berkembang,
       menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
6)  Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi, meningkatkan aliran urine untuk mencegah urine yang statis dan membantu dalam mempertahankan pH urine yang menurnkan pertumbuhan bakteri dan pengeluaran organisme dari system organ tersebut.
7)    Penangan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
e.    Perubahan sensori-perseptual (uraikan) berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau elektrolit.
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan tingkat mental biasanya,              mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Rencana tindakan :
1.         Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
2.         Orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhan pada pasien misal : orang, tempat dan waktu.
3.         Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak mengganggu waktu istirahat klien.
4.         Pelihara aktifitas rutin klien sekonsisten mungkin dan motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
5.         Lindungi pasien dari cedera ketika tingkat kesadaran pasien terganggu.
6.         Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi.
7.      Selidiki adanya keluhan paraestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada kaki.
8.         Beri tempat tidur yang lembut.
9.         Bantu pasien dalam perubahan posisi.
10.     Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai dengan indikasi.
11.     Pantau nilai laboratorium seperti nilai glukosa darah dan HB.
Rasionalisai :
1)      Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
2)      Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mepertahankan kontak dengan realitas.
3)      Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan dapat memperbaiki daya pikir.
4)      Membantu memelihara klien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungan.
5)      Disorientasi merupakan awal dari kemungkinan cedera terutama malam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
6)      Oedema/lepasnya retina, hemoragik, katarak, paralysis  otot ekstraokuler sementara mengganggu penglihatan yang memerlukan terapi korektif.
7)      Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
8)      Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena panas.
9)      Meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi.
10)  Gangguan dalam proses piker/potensial terhadap aktifitas kejang biasanya hilang bila keadaan hiperosmolaritas teratasi.
11)  Ketidakseimbangan nilai laboratorium dapat menurunkan fungsi mental.
f.    Kelelahan berhubungan dengan penurunan fungsi metabolik insufisiensi insulin
 Hasil yang diharapkan : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi,  menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Rencana tindakan :
1)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas dan buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menunjukkan kelelahan.
2)   Beri aktivitas alternatif dengan periode aktivitas yang cukup.
3)   Pantau nadi, pernafasan, dan tekanan darah sebelum dan sesudah aktivitas.
4)   Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
5)   Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasionalisasi :
1)      Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktifitas meskipun klien mungkin sangat lemah.
2)      Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3)      Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secar fisiologis.
4)      Klien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
5)      Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi klien.


g.   Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan orang lain.
Hasil yang diharapkan :  Mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan, membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Rencana tindakan :
1)   Anjurkan pasien atau keluarga untuk mengekspresikan perasaannya   tentang perawatan dan penyakitnya secara keseluruhan.
2)   Observasi bagaimana pasien telah menangani masalahnya di masa lalu.
3)   Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap klien.
4)   Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
5)   Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya.
6)   Berikan dukungan pada pasien untuk berperan serta dalam merawat diri sendiri dan beri umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasionalisasi :
a.        Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
b.      Pengetahuan gaya individu membantu untuk menentukan kebutuhan terhadap tujuan penanganan.
c.      Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah untuk membantu mencegah terulangnya penyakit pada klien lagi.
d.      Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi/kehilangan  kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
e.       Mengkomunikasikan pada klien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatih pada saat perawatan dilakukan.
f.       Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
h.   Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber infomasi.
Hasil yang diharapkan :  Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, mengidentifikasi hubungan, tanda dan gejala dengan proses penyakit, dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan, melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Rencana tindakan :
1.      Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan dan selalu ada untuk pasien.
2.      Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan.
3.      Pilih strategi belajar seperti teknik demonstrasi dan membiarkan pasien mendemonstrasikan ulang.
4.      Diskusikan topik-topik yang utama.
5.      Diskusikan cara pemeriksaan gula darah.
6.      Diskusikan tentang rencana diet.
7.      Tinjau kembali pemberian insulin oleh klien dan perawatan terhadap peralatan yang digunakan.
8.      Tekankan pentingnya pemeriksaan gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat.
9.      Diskusikan factor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM.
10.  Buat jadual latihan/aktifitas  secara teratur.
11.  Anjurkan untuk tidak menggunakan obat-obat yang dijual bebas tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan.
12.  Lihat kembali tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi secara medis.
13.  Demonstrasikan teknik penanganan stress seperti teknik napas dalam.
Rasionalisasi :
1)      Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum klien bersedia mengambil bagian dalam proses keperawatan.
2)      Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama klien dengan prinsip yang dipelajari.
3)      Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan penyerapan pada individu yang belajar.
4)      Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
5)      Pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4 kali setiap hari atau lebih memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan diri.
6)      Pentingnya kontrol diet akan membantu klien dalam merencanakan makan dan mentaati program.
7)      Mengidentifikasikan pemahaman dan kebenaran dari prosedur atau masalah yang potensial dapat terjadi sehingga solusi alternatif dapat ditentukan untuk pemberian insulin tersebut.
8)      Membantu dalam menciptakan gambaran nyata dari keadaan klien untuk melakukan kontrol penyakitnya dengan lebih baik.
9)      Informasi ini penting untuk meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat sangat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis.
10)  Waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya dengan kerja puncak insulin, makanan harus diberikan sebelum atau selama latihan sesuai dengan kebutuhan dan rotasi injeksi harus menghindari kelompok otot yang akan digunakan aktifitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar